Kemarin (22/12/13), Akibasreet alhamdulillah bisa
mengikuti haul kedua wafatnya KH. Imam Yahya Mahrus, pengasuh PP. Lirboyo,
putra sulung dari KH. Mahrus Ali, Lirboyo, di halaman Pondok Pesantren
Al-Mahrusiyah III, Ngampel, Mojoroto, Kediri.
Melihat dari layar proyektor (kebetulan Akibasreet dapat
tempat duduknya di bagian belakang) tamu undangan yang hadir begitu beragam, mulai
dari para habaib, kiai-kiai sepuh, beberapa anggota DPR RI, bahkan politisi,
Anis Matta, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Akibasreet punya pikiran
untuk menuliskan beberapa hal yang semoga saja ada manfaatnya bagi penulis
maupun pembaca.
Pertama, betapa keluarga besar PP. Lirboyo makin
terlihat begitu beretika baik (berakhlak) terkait hal menjamu tamu. Karena
sudah barang tentu, dalam suasana politik bangsa yang sedemikian rupa ini,
menghadirkan (atau mungkin juga menerima kehadiran) politisi PKS yang masih
tersangkut kasus suap impor daging sapi, pergolakan seputar tahlilan dan lain
sebagainya, tentu sangat rentan dengan anggapan negatif dikalangannya sendiri
(warga NU).
Kedua, menampuk KH. Musthofa Aqiel, Kempek, Cirebon,
dalam acara tersebut sebagai penceramah agama, menurut Akibasreet merupakan sebuah
desain yang cantik. Karena dengan begitu, beliau tentu punya pandangan berbeda
tentang bagaimana memberi ”masukan langsung” pada PKS, karena tentunya
pergolakan NU dan PKS di Kediri dan Cirebon sangat jauh berbeda.
”Jika PKS secara nasional mau mengakui dan
mentradisikan apa yang selama ini menjadi tradisi NU, maka saya baru percaya iktikad
baik PKS,” kurang lebih begitu salah satu kalimat yang dilontarkan Kiai
Musthofa.
Dan secara singkat serta mencoba menganalisa
seadanya, acara tersebut bagi Akibasreet seakan mengarah pada kesimpulan, jika
memang sudah saatnya para kiai dan santri kembali mengangkat senjata berjuang
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menjaga keharmonisan antar
suku bangsa, berjuang menjaga tradisi dan kultur budaya NU (mulai tahlilan,
manakiban, dibaian, dll.), maka itu akan dilakukan. Karena setahu Akibasreet,
filosofi musuh jangan dicari tapi ketika bertemu musuh jangan lari, masih
dipegang teguh oleh kaum santri. Dan satu hal lagi, siapapun politisi yang soan
ke Lirboyo, menurut Akibasreet, tidak akan mungkin melunturkan kenetralan Lirboyo
secara lembaga terkait soal politik.