Oleh Alfa RS.
Postingan ini Akibasreet tulis dalam perjalanan pulang.
Kembali dari acara di Sleman, Jogjakarta. Sebenarnya, temanya sangat sederhana,
cinta-cintaan. Meski demikian, semoga menjadi bahan pertimbangan buat mereka
yang sedang jatuh cinta.
Sebagaimana maklum, mungkin ketika mendengar kata cinta,
konotasinya selalu pada sekedar perasaan suka antar lawan jenis atau pacaran.
Tapi yang Akibasreet maksud disini bukan itu. Karena sejatinya, ketika
membicarakan sebuah cinta kasih, berarti yang dimaksud adalah pertalian kasih
antar dua lawan jenis dalam ikatan perkawinan yang sah, setidaknya inilah versi
Akibasreet.
Maka ketika membicarakan hal itu, ada tiga hal yang harus
dijaga oleh masing-masing pasangan. Itu juga kalau kedua pasangan mau hidup
berbahagia ketika menjalin rumah tangga nantinya.
Pertama, menikah harus
diniati agar mereka menjaga pandangannya. Maksudnya, mereka harus benar-benar
berniat bahwa setelah menikah nanti, hanya pasangannya itulah sesuatu yang
mampu ''menentramkan'' pandangannya. Sebagaimana keharusan menjaga pandangan
ketika mereka masih lajang. Dan ketika sudah menikah, pandangannya hanya
tertuju pada si pasangan.
Kedua, menikah dimaksudkan agar
''senjata vital'' mereka terjaga dari sesuatu yang tidak seharusnya. Mereka
berdua harus benar-benar memasukkan dalam hati sebuah keyakinan bahwa, selain
senjata pamungkas sang pasangan, tidak boleh didekati. Apalagi sampai mencoba
senjata lain itu.
Ketiga, sebagaimana Sabda Nabi yang kurang lebih
demikian, setelah aku tiada, ancaman yang paling serius bagi seorang lelaki
adalah perempuan. Versi Akibasreet pula, hal ini berlaku sebaliknya; Ancaman
bagi perempuan adalah lelaki. Maksudnya, taruhlah si lelaki selama masih bujang
giat melakukan hal-hal terpuji, sangat tidak menutup kemungkinan ketika sudah
berkeluarga, porsi hal-hal itu berkurang karena faktor pasangannya. Disitulah
letak bahaya yang dimaksud oleh baginda Nabi.
So, hati-hatilah ketika sudah berani mengatakan cinta dan
sayang pada pujaan hati.