-->

Keresahan Jiwa?

Oleh: Alfa RS.

Ribut gara-gara aliran sesat kian hari makin sering terjadi. Jika harus disalahkan, entah siapa yang mesti bertanggung jawab. Ataukah ini hanya sebuah fenomena kehidupan?
Entahlah. Di sini tidak akan berkomentar sesat atau tidak kelompok Santriloka dan kelompok-kelompok sejenisnya. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan ’kecerdasan’ masyarakat Jawa Timur, kami kira sudah mampu menjawabnya. Namun, dari sana setidaknya ada beberapa poin yang dapat kita tarik pelajaran.

Pertama, secara umum mencuatnya fenomena aliran menunjukkan ’keresahan’ dan ’kekosongan’ jiwa masyarakat kian meningkat. Masyarakat yang katanya kian modern, secara tidak langsung mereka sedang mengakui ada yang kurang dalam kehidupannya. Kalau mau jujur, kasarnya kita memang butuh sebuah keyakinan yang menenangkan jiwa.

Mencuatnya aliran semacam Santriloka adalah sebuah pilihan, karena memang masyarakat lebih menyukai sesuatu yang praktis. Perbedaan ritual mereka dengan muslim Indonesia adalah buktinya. Bayangkan saja, secara akal, maksimal manakah kegiatan di bulan Ramadhan jika dikerjakan sambil berpuasa dengan yang tidak? Berapa pekerjaankah yang tertuntaskan jika kita harus melakukan ritual keyakinan empat atau lima kali dalam sehari?

kedua, sebagai basis Nahdlatul Ulama (NU), tentu mencuatnya Mbah Aan yang diklaim sesat beberapa waktu lalu menjadi pukulan telak bagi NU, terlebih dia lahir di kota Jombang. Ini menjadi tanda tanya besar, sejauh manakah dakwah yang digemborkan NU berjalan. Atau seefesien apakah bentuk kegiatan tersebut sehingga kelompok seperti Santriloka mampu berkembang?

Semoga waktu menjawab keduanya.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post