-->

Indahnya Kepedulian Ulama

Oleh Alfa RS.

Kemarin (Minggu, 9 Januari 2011), penulis mendapat ajakan untuk menghadiri acara istighotsah bersama Habib Salim bin Abdullah bin Umar As-Syathiri, pengasuh Rubat Tarim, Hadramaut, Yaman, di Aula Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur, Indonesia. Meski hujan deras mengguyur Kota Kediri sampai selepas waktu salat Maghrib, antusias masyarakat untuk hadir tidak terkikis. Karena seperti yang penulis lihat, tempat acara ramai dipenuhi pengunjung.

Bagi penulis, malam itu sungguh merupakan kepuasaan tersendiri. Dan mungkin, pengunjung lain juga merasakan hal yang sama. Mengapa?

Pertama, acara kemarin menjawab satu permasalahan yang sampai saat ini masih sering didengungkan oleh beberapa oknum bahwa kegiatan istighotsah tidak ada manfaatnya. Dengan hadirnya ribuan pengunjung, jelas, bahwa mereka masih meyakini kegiatan semacam ini suatu hari nanti memberikan manfaat yang sangat besar.

Kedua, dari ceramah yang dipaparkan Habib Salim selepas istighotsah, memberikan bukti nyata bahwa betapa para ulama dengan suka rela sangat mempedulikan masyarakat. Untuk membuktikannya, kiranya perlu penulis ungkap salah satu kesimpulan dari ceramah beliau.

Dengan dalil al-Quran dan hadis Nabi, beliau mengungkapkan betapa bahayanya penyakit homoseksual. Mungkin tidak masalah ketika bahaya itu menimpa si pelakunya. Tapi, bahaya penyakit ini sangat luas. Seperti kaum Nabi Luth yang akhirnya dibinasakan oleh Allah swt. Memandang hal tersebut, beliau mengingatkan pada seluruh rakyat Indonesia pada umumnya, jika bumi pertiwi tidak mau dibalik oleh Allah swt. maka harus benar-benar menangkal penyakit ini.

Nah, terkait judul tulisan ini, dengan paparan di atas, penulis sekedar berandai-andai, betapa indahnya jika mereka ’bapak-bapak yang terhormat’ mau meniru kepribadian ulama; sangat peduli pada sesama. Lihat saja, dengan tanpa gaji pokok dan tunjangan, mereka mau peduli akan hal-hal yang bisa merusak kelangsungan hidup bersama. Sedangkan ’mereka’, untuk tidak merasa kurang dengan gaji dan tunjangannya saja sudah untung.

Ke depan, semoga saja ’bapak-bapak yang terhormat’ itu mau benar-benar peduli dengan rakyat. Jika itu terjadi, sebuah ’keindahan’ yang sungguh sangat dinanti oleh ’mata-mata’ rakyat.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post