-->

Refleksi Hari Anti Korupsi; Kurangi Korupsi Pada Diri Sendiri

Oleh Alfa RS.

”Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” QS. Al Baqarah: 188

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” QS. An-Nisaa: 29-30

Hari ini, banyak aksi digelar guna memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia. Ada yang berjalan lancar, dan ada juga yang sampai lempar batu dengan aparat. Seperti yang terjadi di Pamekasan, Madura.

Membicarakan korupsi tentu tiada habisnya. Terlebih menurut survei –seperti yang penulis saksikan tadi dalam berita salah satu televisi nasional, bahwa persentase korupsi di Indonesia mengalami kenaikan. Maka di Negara kita, bisa dikata, korupsi adalah ‘harta warisan’ yang selalu diperebutkan dan dijaga eksistensinya.

Jauh-jauh hari sebelum dideklarasikannya Hari Anti Korupsi Sedunia, Islam memberikan gambaran betapa sulitnya seorang manusia menjaga yang namanya harta. Banyak sekali ayat yang menjelaskan bahwa harta adalah sesuatu yang sangat rawan menjerumuskan manusia pada hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu firman-Nya demikian, ”Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar,” QS. Al-Anfaal: 28.

Maka menurut penulis, karena memandang secara naluriah setiap manusia memiliki kecenderungan untuk melakukan tindak korupsi (menyukai harta), budaya korupsi akan hilang dengan cara menanamkan pada anak-anak bahwa harta bukan tujuan utama manusia hidup. Sejak usia balita, didiklah mereka untuk tidak terlalu menomorsatukan harta. Karena hanya dengan inilah, korupsi benar-benar akan tiada. Mengapa penulis katakan demikian? Karena meskipun dia seorang aktivis anti korupsi, bila kita cermati aktivitas keseharian mereka (juga masyarakat pada umumnya) masih selalu bersinggungan dengan korupsi. Entah sadar atau tidak. Jangankan kegiatan yang melibatkan orang lain, karena pada diri sendiripun kita masih sering melakukan korupsi. Apa itu korupsi pada diri sendiri?

Sebagamana hak asasi yang akhir-akhir ini semakin sering menjadi bahan perdebatan, anggota tubuh kita sebenarnya mempunyai hak yang harus kita penuhi. Mata, semisal. Berapa kali kita lemburan. Padahal, selain mata mempunyai kewajiban pada si punya mata untuk memberikan gambar yang ada di depannya, ia juga memiliki hak untuk istirahat, tidur. Jika haknya itu kemudian kita rampas, bukankah itu adalah tindak korupsi?

Walhasil, itu hanya contoh kecil dari penulis untuk memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia. Dan bagi pelaku korupsi yang merugikan orang lain, kiranya dua firman Tuhan di atas cukup dijadikan bahan pertimbangan untuk segera menyudahi kebiaasan buruknya. Semoga.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post