-->

Siapapun Pasti Bisa

Oleh: Alfa RS

Proses pemilihan presiden di Amerika adalah sebuah drama politik yang melelahkan, lahir dari sejarah 200-an tahun yang lalu dan menjadi ”buku panduan” bagi pemilihan presiden negara-negara lainnya, termasuk Indonesia. Dan hasilnya, mau tak mau akan berpengaruh bagi kehidupan banyak warga bangsa lainnya. Menyangkut masalah perang, terorisme, krisis finansial & teknologi yang berasal dari AS.

Namun ada yang membedakan proses tahun ini dibandingkan periode-periode sebelumnya. Tahun ini, pemilihan presiden Amerika Serikat menjadi semakin populer dan ikut diperhatikan oleh banyak orang dari berbagai golongan dan kelas. Mulai anak-anak kecil di Kenya sampai penjual pecel di Kediri, dari Lebanon sampai Lirboyo. Pemicunya adalah kandidat bernama Barack Obama. Kandidat yang bagi banyak golongan adalah simbol sekaligus cermin dan juga fenomena.

Obama adalah manusia abu-abu, lahir dan besar dalam persimpangan budaya yang membuatnya kesulitan mencari jatidiri di awal masa hidupnya. Anak dari seorang Kenya berkulit hitam legam dan ibu Amerika berkulit seputih susu, dibesarkan secara sederhana dalam budaya kulit putih namun memilih untuk mengidentifikasi dirinya sebagai seorang laki-laki kulit hitam. Sejak kecil hanya bermimpi menjadi pemain basket profesional di NBA, dan berlabuh menjadi politisi papan atas. Sebuah biografi yang tak lazim bagi seorang kandidat presiden Amerika.

Barack Obama dilahirkan di Queen’s Medical Center di Honolulu, Hawaii dari ayah ekonom lulusan Harvard, Barack Hussein Obama Sr. dari Kenya dan ibu Ann Dunham, dari Wichita, Kansas. Waktu Obama dilahirkan, kedua orangtuanya adalah mahasiswa di East-West Center di Universitas Hawaii di Manoa.

Ketika berusia dua tahun, orangtuanya bercerai. Ayahnya kembali ke Kenya, dan ia hanya bertemu dengan anaknya sekali lagi sebelum meninggal pada 1982. Ann Dunham kemudian menikah dengan Lolo Soetoro (meninggal 2 Maret 1993), juga seorang mahasiswa East-West Center (MA Geografi 1962) dari Indonesia.

Pada masa kecilnya Barack menggunakan nama ’Barry’. Keluarga ini kemudian pindah ke Jakarta, di mana adik tiri Obama, Maya Soetoro-Ng dilahirkan. Ketika Obama berusia 10 tahun ia kembali ke Hawaii dan diasuh kakek-neneknya, Madelyn Dunham dan kemudian ibunya, untuk pendidikan yang lebih baik. Ia masuk kelas lima di Punahou School, di mana ia lulus dengan honors pada 1979. Pada 1982, Obama mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil di Kenya. Kematian ayahnya begitu memukul dirinya dan membawanya dalam sebuah belenggu, ia hanya sekali melihat ayahnya sejak kedua orangtuanya bercerai, ketika Barack berusia sepuluh tahun.

Barrack mendapatkan gelar ilmu politiknya pada tahun 1983 setelah mentransfer studinya dari Occidental College ke Columbia University di New York. Kemudian dia melanjutkan studinya ke Harvard Law School pada tahun 1988 dan lulus dengan predikat magna cum laude pada tahun 1991. Di tahun sebelumnya, Barrack adalah orang pertama yang menjadi editor African-American di Harvard Law Review. Sebuah prestasi yang mengagumkan.

Setelah lulus, Barrack menjadi pengacara dan mengajar hukum. Pekerjaannya ini yang mendorong Barrack Obama masuk dunia politik. Dia mencalonkan diri menjadi anggota senat di Illinois dan terpilih pada tahun 1996. Selama menjadi senator, berbagai hal dilakukan oleh Barrack Obama mulai dari kepentingan sosial sampai politik termasuk menentang keputusan George W. Bush melakukan invasi besar-besaran ke Irak. Karirnya terus menanjak dan sampai pada puncaknya ketika dia mengumumkan pencalonan dirinya menuju kursi kepresidenan Amerika Serikat. Di sini dia bersaing ketat dengan mantan ibu Negara yaitu Hillary Rodham Clinton. Akhirnya, dia dinominasikan sebagai kandidat presiden mewakili partai Demokrat.

Saat kampanye Barrack Obama menuju kepresidenan Amerika Serikat dan bersaing dengan John McCain, keabu-abuan ini sempat menjadikan Obama sebagai sasaran tembak lawan politiknya, dari tuduhan Obama adalah muslim, Obama tidak lahir di tanah Amerika sampai Obama adalah sosialis. Berkat kemampuannya memahami keinginan publik serta memformulasikan mantra perubahan dalam cara berpolitik membuatnya bisa mengarungi kerasnya jagat politik di AS. Dia muncul sebagai kandidat terpilih dari Partai Demokrat dengan terlebih dahulu merontokkan mesin politik kelas kakap milik dinasti Clinton, setelah pertarungan panjang dan melelahkan selama 8 bulan.

Melawan kandidat Partai Republik John McCain, jelas bukan hal yang mudah baginya. McCain adalah figur pahlawan AS, seorang veteran perang dari keturunan pembesar Angkatan laut AS (ayah dan kakek McCain adalah admiral), pernah mendekam dipenjara Vietkong dan menerima siksaan komunis Vietnam selama lima tahun. Obama yang relatif jauh lebih muda (47 tahun, Mc Cain 72 tahun) dan minim pengalaman politik (McCain telah menjadi anggota konggres AS sejak 26 tahun lalu). Namun sekali lagi Barack Obama berhasil melalui tantangan didepannya.

Strategi kampanye Obama sejak awal telah mengubah peta dan strategi politik di AS. Kemampuannya mengeksploitasi teknologi dengan memaksimalkan potensi internet dan telepon selular sebagai basis jaringan kampanyenya menjadikannya sebagai kandidat dengan total sumbangan kampanye terbesar sepanjang masa ( 600-an Juta Dolar). Organisasi lapangan yang rapih, efisien dan tanpa lelah menjadikan Obama sebagai kandidat dengan perolehan suara terbesar sepanjang masa. Ia mampu mengubah daerah yang secara tradisional selalu berpihak pada partai musuhnya mengubah haluan. Kemampuannya menampilkan citra pembaharu menginspirasi kaum muda serta menjadikan McCain layaknya tokoh tua yang mulai pikun. Kelihaiannya mengeksploitasi krisis finansial dan kemerosotan ekonomi AS di dunia menjadi senjata yang mematikan yang melumpuhkan John McCain. Pembawaan yang kalem dan matang juga membuat pengalaman dan status pahlawan yang disandang McCain seolah lenyap begitu saja.

Rakyat Amerika telah memilih dan mempercayai seorang presiden kulit hitam pertama dalam sejarah mereka. Barack Obama menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat, menjadi pemimpin negara adidaya tunggal yang sedang dirongrong krisis ekonomi dan perang yang tak berkesudahan. Obama mengakhiri kampanye panjangnya selama 22 bulan sebagai pemenang. Seorang tokoh yang lahir dalam persimpangan budaya dunia telah muncul, dan dunia akan menantikan sejauh apa pencapaiannya.

Hider’s, itulah Barack Obama dengan segala keabu-abuan dan fenomenanya. Bukan maksud menggurui Hider’s tentang politik. Penulis hanya berharap dengan apa yang telah terjadi di bumi Amerika, setidaknya mampu lebih meyakinkan kita bahwa ternyata tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Jarene Londo, ”imposible is nothing,” tidak ada yang tidak mungkin. Dari itu, mari kita terus berkarya, berfikir dan berusaha menjadi lebih baik. Kita harus yakin bahwa kita bisa.

Selamat mencoba menjadi Obama, Obama yang lebih baik, Obama yang lebih bertaqwa, Obama yang kelihatan santrinya dan tentu Obama yang lebih Indonesia. Semoga.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post