Selama ini kita menganggap bahwa pacaran itu adalah metode untuk melakukan pendekatan untuk mengenal lebih dekat. Namun kenyataannya tujuan itu jarang yang tercapai. Karena umumnya alih-alih melakukan pendekatan, yang terjadi justru melakukan sekian banyak bentuk ketidakadilan, kalau tidak dikatakan kemaksiatan.
Pacaran sudah menjadi kelaziman ditengah masyarakat, realita ditengah masyarakat sudah mengenal persis aktifitas pacaran. Pacaran yang dikenal masyarakat adalah pengertian yang menurut mereka biasa, sah-sah saja. Entah pengertian dari mana.
Disini tidak akan membicarakan tentang haram dan halal. Semuanya sudah habis dibahas dalam pengajian. Dari peringatan Islam akan larangan menyepi, berduaan, antara pria dan wanita yang bukan mahram, karena yang ketiganya adalah setan, sampai penafsiran Imam Qurthubi pada firman Allah yang berkenaan dengan isteri-isteri baginda Nabi, Q.S. al-Ahzab ayat 53, yang intinya untuk meminimalisir timbulnya perasaan dari laki-laki pada perempuan ataupun sebaliknya.
Entah apa sebenarnya istilah pacaran sebenarnya, namun umumnya yang namanya pacaran itu tidak lain adalah hubungan lain jenis yang sifatnya terpaksa. Mengapa terpaksa. Karena sebagai makhluk yang baru, kita tentu merindukan sebuah penyejuk jiwa, penentu arah, sesuatu yang akan menuntun kita menyikap hal baru tadi. Dan pacaran kita anggap mampu mengatasinya.
Dari sekian banyak penelitian, umumnya mereka menyesal. Yang pacarannya baik-baik saja menyesal karena ada yang tidak pacaran tapi tetap bisa sukses seperti dia.
Dus, hampir bisa dikatakan bahwa pacaran itu tidak lain adalah hal negatif, kegiatan yang sengaja kita ada-adakan kalau tidak mau dikatakan larangan semua agama. Kalau toh ada seseorang yang menjadikan si dia sebagai motifasinya, yakinlah bahwa suatu saat nanti dia akan tersadar bahwa ada sebuah inspirasi yang lebih dari dia.