-->

Dari Umar bin Abd. Aziz Untuk 'Mereka'


Oleh: Alfa RS

Dia seorang khalifah ahli ibadah, cerita-cerita tentang beliau sampai detik ini masih tetap harum. Sebuah perjalanan hidup seorang pemimpin yang indah dan mulia.

Diriwayatkan dari Salamah ibn Dinar, seorang ‘alim Madinah, qadli dan syaikhnya. Ia menuturkan, “Aku mendatangi khalifah muslimin Umar ibn Abdul Aziz, ia berada di Khunashirah daerah bagian Halab. Umurku telah lanjut dan sudah lama aku tidak menemuinya. Aku mendapatkannya berada di depan rumah, hanya saja aku tidak mengenalinya karena keadaannya telah berubah tidak seperti yang pernah aku kenal ketika ia menjabat sebagai gubernur Madinah. Ia kemudian mengucapkan selamat datang kepadaku dan berkata, ‘Mendekatlah kepadaku wahai Abu Hazim.’ Tatkala aku mendekat kepadanya, aku berkata, ‘Bukankah engkau amirul mukminin Umar ibn Abdul Aziz?’


‘Ya...,’ jawabnya.

‘Apa yang telah terjadi denganmu?!! Bukankah wajahmu (dahulu) berseri, kulitmu segar dan kehidupanmu penuh kenikmatan,’ kataku.

‘Ya...,’ jawabnya. Aku berkata, ‘Lalu apakah yang telah merubah penampilanmu setelah engkau memiliki emas dan perak, dan engkau menjadi seorang amir bagi kaum muslimin?’

‘Apa yang telah berubah pada diriku wahai Abu Hazim?’ dia balik bertanya.

‘Badanmu kurus. Kulitmu kasar. Wajahmu menguning dan pancaran kedua matamu sayu.’ Jawabku. Ia lantas menangis dan berkata, ‘Maka bagaimana bila kamu melihatku di dalam kubur setelah tiga hari? Kedua mataku meleleh di atas pipi, perutku terputus dan robek-robek. Belatung bergerak menyantap badanku. Sesungguhnya bila kamu melihatku saat itu, niscaya kamu akan lebih terheran lagi dengan keadaanku hari ini.’Ia lalu mengangkat pandangannya padaku dan berkata, ‘Tidakkah kamu ingat sebuah hadis yang pernah kamu katakan kepadaku di Madinah, wahai Abu Hazim?’ Aku menjawab, ‘Aku telah menyampaikan kepadamu banyak hadis wahai amirul mukminin. Hadis manakah yang engkau maksudkan?’

’Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah’ jawabnya. ’Ya. Aku mengingatnya, wahai amirul mukminin’ kataku. Ia berkata, ‘Ulangilah untukku, sesungguhnya aku ingin mendengarnya darimu.’

Aku berkata, ‘Aku mendengar Abu Hurairah menuturkan, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya di depan kalian ada jalan mendaki yang sulit dilalui, penuh dengan bahaya, tidak ada yang mampu melewatinya kecuali setiap orang yang berbadan kurus (karena banyak beribadah dan berjihad).’ Umar kemudian menangis dengan begitu kerasnya hingga aku merasa takut kalau ulu hatinya menjadi pecah. Lalu ia mengusap air matanya dan menoleh kepadaku sambil berkata, ‘Apakah kamu akan mencelaku apabila aku menguruskan badan untuk jalan mendaki yang sukar itu, harapanku bisa selamat melewatinya. Sedang aku tidak menganggap diriku bisa selamat’.”

Ehm… andai “mereka” mewarisi jiwa Umar Ibn Abdul Aziz, mungkin sekarang Indonesia kita akan berbeda.

Mungkinkah April nanti jiwa itu akan terlahir? Kita nantikan saja.
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post